Hanya Dirimu di Hatiku #Part 2#
Angel menatap sahabatnya itu dengan tatapan tajam dan
berkata “Putri yang duluan tau!!”. Gue yang ada di depan Angel nggak, nanggepin
apa-apa perktaan kedua sahabatnya itu. Gue cuma nunduk nggak berkata apa-apa
“Tapi
loe jugak salah, tau nggak!! Loe udah tau sahabat loe ini baru kehilangan orang
yang di cintainya—Zee—. Loe ngertiin perasaannya Putri dong! Katanya sahabat
tapi kok kayak gini?!” bentak Kina ke Angel.
Gue yang
dari tadi diem, nggak berkomentar apa-apa, pun membuka mulut “STOP!! Berisik
tau nggak?!” bentak gue dan langsung pergi ke kelas.
“Put,
loe mau kemana?” tanya Kina.
“Paling
kekelas! Udahlah kasi dia sendiri dulu! Gue males sama dia! Ke kantin ajak
yuk!” kata Angel sabil menarik tangan Kina.
****
Sampai
di kelas, ternyata nggak ada orang. Baguslah. Gue langsung duduk di bangku gue.
Pikiran gue terus mengingatkan kisah cinta gue sama Zee. Gue sedih. Kenapa
harus Zee yang pergi? Kenapa bukan orang lain Tuhan. Lirihku.
“Put,
loe gpp?” kata seseorang yang tiba-tiba datang dari mana mungkin. Ternyata itu
Ilham. Gue langsung memasang senyum, walaupun sebenernya hati gue menangis
lagi.
“Eh,
loe. Kenapa?” kata gue.
“Gpp
kok. Gue heran aja kok loe sendirian di kelas? Padahal Kina sama Angel kan lagi
asik ngobrol di kantin. Loe nggak ikut?” kata Ilham penuh selidik.
“Nggak!
Gue lagi nggak pengen ke kantin.”
“Loe
masih blum bisa move on ya? Loe masih
kepikiran Zee ya?” tebak Ilham.
Gue kaget
denger perkataan Ilham tadi. Kok dia bisa tau Zee? Padahal baru kemarin dia
masuk ini sekolahan.
“Hm..”
dehem Ilham. “Loe pasti kaget kan kenapa gue bisa tau tentang Zee? Gue tau
semua itu dari Angel. Angel sudah nyeritain semuanya. Makanya gue tau Zee.”
Kata Ilham yang membaca pikiran gue.
“Oh.”
“Loe
nggak keberatankan kalo gue tau?” tanya Ilham sambil tersenyum ke gue.
Cerewet
banget sih nii cowok. Kata gue dalem hati. “Hm.,nggak kok. Sante aja lagi.”
“Kalo
gue boleh tau loe udah berapa lama sih pacaran sama Zee? Sampe-sampe loe masih
blum bisa ngelupain dia?” tanya Ilham lagi.
“Bukan
urusan loe!” jawab gue sebel, lalu pergi ninggalin kelas.
“Eh, loe
mau kemana? Emang pertanyaan gue salah ya? Gue kan nanyaknya baik-baik. Gimana
sih?”
****
Bel
pulang sekolah tiba. Gue langsung keluar kelas tanpa nungguin kedua sahabat
gue. Bener-bener lagi nggak mood sama mereka berdua. Tiba-tiba ada yang manggil
nama gue dari belakang. Gue kayak kenal suara itu. Ternyata itu suara kak
Dicky.
“Put,!”
panggil kak Dicky.
“Iyya?”
jawab gue.
“Tumben
loe nggak barengan sama anggota 3P?” tanya kak Dicky sambil melihat sekitar.
“Males!!
Udah yuk pulang aja! Dari pada ngomongin mereka berdua!” kataku sambil menarik
tangan kak Dicky ke tempat parkiran.
Di mobil
gue cuma diem. Nggak seperti biasanya. Gue kepikiran Zee terus. Padahal gue
udah berusaha buat ngelupain dia. Susahnya minta ampuuuuun deh!
“Loe
lagi marahan ya sama Kina dan Angel?” tanya kak Dicky memecah keheningan di
dalem mobil.
“Tau ah!
Nggak usah ngomongan mereka! Malesss.” Jawab gue.
“Iyya
iyya!”
“Kak
jadi kan kita ke makamnya Zee?” tanya gue.
“Kayaknya
nggak bisa sekarang deh, kalo besok gimana?” jawab kak Dicky.
“Loh,
emangnya kenapa?” tanya gue dengan nada kecewa.
“Kan
kita mau jemput Kak Thella.” Kata kak Dicky.
“Loh,
Kak Thella dateng hari ini? Kok gue nggak di kasi tau?” kata gue kaget. Kak
Thella itu kakak kedua gue. Ratu Sweet Thella. Biasanya di panggil Thella. Dia
sekolah di Singapore.
“Nggak
tau!” jawab kak dicky sambil mengangkat bahu.
“Kak
Thella berapa hari di sini?” tanya gue penasaran.
“Selamanya!”
“Loh,
kok gitu? Terus Kuliahnya gimana?”
“Duuuhhh!
Cerewet banget sih adek gue ini! Kan Kak Thella udah selesai kuliahnya!” kata
kak Dicky sambil ngacak-ngacakin poni gue.
“Oh. Kok
gue nggak tau sih?” tanya gue lagi sambil rapiin poni gue.
“Tau
deh! Nanyaknya nantik aja ya! Udah telat nih. Ntar marah lagi Kak Thella.”
Jawab kak Dicky.
Kami langsung bergegas ke
bandara buat jemput kak Thella. Sampe di
bandara ternyata pesawatnya kak Thella udah nyampe. Gue sama kak Dicky
muter-muter nyarik kak Thella. Akhirnya ketemu jugak.
“Itu kak Thella!!” seru kak
Dicky sambil nunjuk cewek di ujung sana. “Kita samperin yuk!”
“Kak Thella?” tanyaku pada
perempuan itu.
“Lama banget sih adek gue
yang dua ini! Capek tau nggak gue nungguin kalian!” omel kak Thella.
“Maaf ya kak! Tadi macet.”
Kata kak Dicky. “Langsung ke parkiran aja ya? Sini kak, gue bawain barangnya.”
Dari tadi gue Cuma diem
liatin kak Thella. Kak Thella berubah. Lebih kurus plus lebih cantik.
“Putri,? Loe kenapa? Kok
liatin kakak gitu amat?” tanya kak Thella. Memecah keheningan di mobil.
“Hahaha..gpp kok kak. Gue
cuma heran aja. Kakak berubah tau nggak. Lebih kurus plus lebih cantik.” Kata
gue.
“Hahaaha…! Perasaan nggak
deh.” Kata kak Thelloa sambil tertawa kecil.
Kak Dicky yang denger
perkataan gue tadi langsung ngakak. Gue sama Kak Thella natapin kak Dicky dengan tatapan aneh.
“Kenapa kak? Kok ngakak sih?
Kan nggak ada yang lucu.” Kata gue.
“Siapa bilang nggak ada yang
lucu? Lucu tau nggak, loe bilang kak
Thella lebih kurus. Orang gemuk kayak gitu jugak. Yang bener itu makin
gemuk. Hahahaha…” kata kak Dicky sambil tertawa lagi.
“Dasar loe!!!” kata kak Thella dengan nada kesal lalu
mencubit tangan kak Dicky.
“Duh, sakit kak! Maaf deh!”
kata kak Dicky.
Selama perjalanan gue sama
kak Thella dan kak Dicky bercanda terus. Akhirnya nyampe rumah. Pas gue masuk.
Gue kaget banget. Di dalem udah ada Mama dan kak Morgan—kak Morgan itu kakak
Pertama gue. Handi Moorgan Winata.—
“Loh, kak Morgan?” kata gue
kaget. Nggak percaya di depan gue ada kak Morgan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar