Hanya Dirimu di Hatiku #Part1#
Sore ini cuaca sedang tidak
bersahabat. Awan terus menangis seperti hati gue yang nggak bisa berhenti
menangis. Sore itu gue hanya bediri di jendela kamar sambil melihat hujan yang
turun. Sudah 2 hari ini gue ngurung diri di kamar. Nggak sekolah nggak juga keluar
rumah.
“Dek..?”
kata seseorang dari balik pintu.
Gue
langsung ngelap air mata gue dan langsung balik badan. Ternyata itu Kakak gue.
Dicky M Prasetyo. “Eh kak Dicky, ada apa ka?” tanya gue.
“Loe
abis nangis lagi?” tanya kak Dicky. “Ayolah, loe harus bisa ngelupain Zee. Zee udah nggak ada
lagi. Dia udah tenang di alam sana. Loe nggak boleh terus-terusan ngurung diri
di kamar kayak gini. Loe harus jalanin hidup loe kayak dulu lagi, walaupun udah
nggak ada Zee.” Ucap kak Dicky.
“Tapi
gue belum bisa kak. Gue belum bisa relain Zee. Gue belum bisa jalanin hari-hari
gue tanpa dia. Gue masih sayank sama dia.” Kata gue sambil memeluk kak Dicky.
“Loe
pasti bisa!” kata Kak Dicky menyemangatiku. “Loe masih punya gue, mama, dan 2
sahabat loe! Kita semua sayang sama loe. Loe harus kuat. Mana Putri yang gue
kenal dulu? Yg ceria, yg selalu tersenyum. Loe harus bisa berubah.!” ‘
“Ok, gue
bakalan berubah demi loe kak, demi mama, dan demi semua.!” Kata gue sambil
tersenyum ke kak Dciky sambil menghapus air mata yg jatuh di pipi gue.
“Janji.?”
Tanya kak Dicky.
“Janji.!”
Jawabku.
“Ini
baru adek gue. Hahahaha…” canda kak Dicky. Aku hanya tersenyum melihat kak
Dicky. Sungguh, sebenernya gue blum bisa. Tapi ini semua demi kak Dicky, Mama,
dan kedua sahabatku.
“Sekarang
loe makan ya.? Gue suapin deh.” Rayu kak Dicky.
“Iyya
iyya.” Jawabku.
****
Pagi ini
berat rasanya mata gue untuk terbuka. Ngantuk. Tapi gue udah janji ke kak Dicky
kalo gue bakalan berubah seperti dulu lagi. Gue maksain diri untuk bangun dan
langsung menuju kamar mandi dan mandi. Setelah siap, gue langsung menuju ke
ruang makan untuk sarapan bersama Mama dan kak Dicky.
“Wah,
anak mama udah move on ya?” tanya
mama sambil menuangkan susu putih ke gelas kak Dicky.
“Iyya!”
jawab gue dengan nada bersemangat.
“Siapa
dulu yg ngerayu.” Kata kak Dicky sambil tersenyum bangga.
Mama
tertawa pendek lalu berkata. “Sudah, sudah! Sekarang lebih baik pada sarapan
nantik telat gimana?” kata Mama.
“Oke.!”
Jawab gue dan kak Dicky serempak.
Selesai
sarapan gue langsung berangkat ke sekolah sama kak Dicky.—Gue sama kak Dicky
memang satu sekolahan—sekitar sepuluh menit perjalanan dari rumah ke sekolah,
akhirnya sampe juga. Gue langsung jalan menuju kelas. Tiba-tiba ada seseorang
yg nepuk gue dari belakang. Serentak gue kaget dan langsung membalikan badan
gue. Ternyata Kina dan Angel. Mereka adalah sahabatku.
“Putriiiiiiiiiiiii.!!!”
Teriak 2 sahabatku itu sambil memelukku.
“Addduuuhhhh.!
Lepas dong.! Gue nggak bisa nafas tau nggak.” Kata gue kesal sambil mendorong
kedua sahabatku—Tapi tidak sampai jatuh kok—
“Maaf
deh maaf, kita kan kangen sama loe.!” Ucap Kina.
“Loe udah bisa ngelupain Zee ya.?
Selametttt yaaaa. Gue ikut seneng.” Kata Angel sambil tepuk tangan.
Gue cuma bisa diem denger perkataan
Angel tadi. Gue nggak jawab apa-apa ato pun berkata apa-apa tentang perkataan
Angel tadi. Hati gue terasa sakit banget denger perkataan Angel tadi. Walaupun
gue udah berusaha untuk lupain Zee. Tapi gue masih tetep ngerasa sakit hati
kalo dengar nama Zee.
“Stt!! Loe ini asal ceplas ceplos
aja sih.!” Ucap Kina.
“Maaf deh maaf.! Gue kirain…”
Dengan cepat gue langsung motong
omongan Angel. “Hahaha… gpp ko! Gue lagi berusaha buat move on.!” Ucap gue.
“Oke.! Gue seneng deh 3P –3P
kepanjangan dari nama gue,Kina, dan Angel. Kita sama-sama punya huruf Putri di
tengah-tengah nama kita—kumpul lagi, selama dua hari loe nggak masuk sekolah
sepi banget kelas tanpa loe.” Kata Angel.
“Ngomong-ngomong ada yg berubah
nggak dari kelas.?” Tanya gue sambil jalan ke meja gue. Gue duduk bareng Kina,
sedangkan Angel duduk bareng Loly—temen sekelas—
“Nggak ada yg berubah kok.! Cuma ada
murid baru aja.!” Kata Angel sambil melihat sekeliling. Seperti mencari
seseorang. Gue cuma diem denger Angel bilang ada murid baru di kelas. Gue nggak
nanggepin soal murid baru itu. Tiba-tiba Angel beridir dan menunjuk seseorang
di sebelah kanan Kina. “Itu dia.!!!”
“Siapa.?” Tanya gue.
“Ilham.! Murid baru di kelas kita.
Dia pindahan dari bandung loh.” Jawab Kina.
“Oh.” Jawab gue singkat.
“Tumben loe Cuma bilang Oh.. biasanya langsung nanyak ato nggak
langsung mau kenalan gitu.” Kata Angel.
“Nggak deh! Ntar jugak kenal
sendiri.” Kata gue sambil buka-buka buku pelajaran.
“Hai.!” Sapa itu murid baru.
“Hai Ilham.!” Kata Angel membalas
sapaan Ilham.
“Loe yg namanya Putri ya.?” Tanya
Ilham.
“Ya.!” Jawab gue.
“Salam kenal. Gue Ilham Fauzie.
Murid baru di sekolah ini. Gue baru masuk kemarin lusa. Gue harap kita bisa
temenan ya.” Kata Ilham sambil mengulurkan tangannya.
Gue diem nggak ngejawab perkataan
Ilham. Gue Cuma bolak-balik buku pelajaran. Tanpa menatap Ilham maupun kedua
sahabat gue.
“Hm.” Deham Ilham sambil menurunkan
tangannya. “Ya udah deh kalo loe nggak mau kenalan sama gue, gpp. Gue ngerti
ko. Mungkin suatu hari nanti loe bisa nerima gue jadi temen loe.” Ucap Ilham
dan langsung pergi meninggalkan meja gue.
“Put? Loe kenapa sih tadi nyuekin
Ilham?” tanya Angel sambil natap gue.
Baru aja gue mau jawab pertanyaan
Angel tadi, guru pelajaran pertama masuk dan seluruh murid menghadap kedepan
dan tidak berbicara lagi termasuk Gue, Kina, dan Angel.
****
Jam pelajaran pertama – kedua
selesai. Gue, Kina, dan Angel langsung bergegas menuju kantin sekolah—3P memang
suka ngumpul di kantin sekolahan kalo lagi keluar main—
“Btw, put, loe blum jawab pertanyaan
gue yg tadi.” Kata Angel sambil penasaran.
“Penting ya?” jawab gue sambil
menatap kedua mata sahabat gue.
“Kok loe bilang gitu sih? Kok loe
jadi jutek gini ke gue? Gue kan cuma nanyak! Jadi biasa aja dong!” kata Angel
dengan nada marah.
“Udah dong! Berisik tau! Nggak malu
apa di liatin orang banyak kalian berkelahi kayak gini? Katanya sahabat tapi
kok bertengkar?!” ucap Kina sambil melerai gue dan Angel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar